Teknik Perisai Diri


Teknik-teknik silat Perisai Diri yang berasal dari perguruan-perguruan silat di seluruh Indonesia yang meliputi 156 aliran disebut Teknik Kombinasi. Kemudian, Rangkuman teknik silat tersebut dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Kombinasi diantaranya adalah Cimande, Betawen, Bawean, dan Jawa Timuran. Selain itu, ada juga Teknik Minangkabau yang diambil dari teknik pencak silat tanah Minang yang dilengkapi dengan beberapa teknik lain. Dinamakan teknik Minangkabau karena gerakan teknik ini mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatra Barat. Memperkuat otot-otot paha dan otot belakang serta memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah merupakan tujuan dari mempelajari teknik Minangkabau ini. Untuk menyerang lawan, Teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat sebagai pancingan agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya. Adapun Teknik Asli dalam silat Perisai Diri diantarnya yaitu:

  1. Teknik Binatang ada 8 teknik yaitu: Burung meliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Lingsang, Kuda Kuningan, Satria Hutan, Harimau dan Naga.
  2. Teknik Manusia ada 2 teknik yaitu: Satria dan Pendeta.
  3. Teknik Putri ada 5 teknik yaitu: Putri siap, Putri Berhias, Tipuan Putri, Putri Teratai dan Putri Sembahyang.

  4. 1 Teknik Minangkabau
    Teknik ini merupakan teknik dasar yang diajarkan sebelum mempelajari teknik yang lain. Nama teknik Minangkabau diambil karena gerakan teknik ini mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah. Teknik ini juga mengajarkan bagaimana bergerak lawan lembut dan perlahan ketika dalam jarak jauh, tapi tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan tajam ketika menyerang atau menangkis serangan lawan. Dalam rangka untuk menarik lawan, teknik Minang sering membuka daerah lemah dalam tubuh dengan gerakan lambat. Ini sebenarnya 'perangkap' bagi lawan untuk menyerang daerah-daerah terbuka. Setelah lawan datang dengan serangan, teknik Minang akan selalu siap untuk menghancurkan serangan lawan, dengan memukul bagian tubuh lawan.

    2 Burung meliwis
    Ciri khas dari teknik burung meliwis adalah bergerak dengan ringan dan cepat. Sehingga, teknik ini melatih kecepatan, keringanan tubuh, dan membiasakan diri menapak dengan ujung kaki. Otot-otot kaki, betis dan pinggul dengan sendirinya akan terlatih.Untuk menyerang lawan, meliwis menggunakan ujung-ujung jari dan hanya menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan leher. Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan saat menyerang dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk menolak. Pegelangan tangan juga digunakan untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Selain itu, pergelangan tangan bagian dalam juga digunakan untuk menolak dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.

    3 Teknik Burung Kuntul
    Serangan Kuntul selalu mengarah ke samping dan sifat serangannya adalah memecut. Serangan tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu macam tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama.

    4 Teknik Burung Garuda
    Garuda memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi karena garuda merupakan symbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Pada teknik Garuda, digunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau menolak sehingga tenaga yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan meliwis dan Kuntul. Sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak, Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya. Untuk memperkuat otot tangan bagian samping, kelima jari dikembangkan selebar mungkin. Leher seringkali merupakan target serangan Garuda. Garuda akan menotok bagian leher dengan menggunakan sikunya, dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata. Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan dalam jarak yang sangat dekat, ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah kemaluan lawan. Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas untuk melindungi diri dari serangan lawan.

    5 Teknik Harimau
    Teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar dibanding dengan garuda, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, kekerasan dan fleksibilitas gerakan. Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang atau tinggi. Pada saat posisi merendah, Teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan pada saat posisi harimau merendah. Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala dan terkadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala. Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki saat menyerang. Kaki, tangan, dan juga cakar akan digunakan teknik ini saat menolak. Target sasaran serangan antara lain mata, wajah, telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.

    6.Teknik Naga
    Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri. Langkahnya yang selalu mengandung putaran menjadi keunikan dari teknik naga yang dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang. Teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan selain tenaganya. Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan tangan. Apabila Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan terbuka, bagian tersebut juga bisa menjadi sasaran serangan.

    7 Teknik Satria
    Teknik manusia yang pertama dipelajari adalah Satria. Sebagai suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewananannya, seperti liar, buas dan brutal. Sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri, Satria akan berpikir tepat. Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian ketika serangan datang.

    8 Teknik Pendeta
    Pandito dalam bahasa Jawa artinya adalah orang yang selalu memberikan filosofi jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri yang tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan. Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat dan sepenuhnya menggunakan rotasi tubuh, atau dikenal dengan istilah Gizoboge. Kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit merupakan perlengkapan yang digunakan saat menyerang. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal dengan sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.

    9 Teknik Putri
    Teknik tertinggi di Perisai Diri adalah teknik putri dengan karakter yang bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Energi yang digunakan bersifat kosong isi. Artinya, Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan dengan lawan.Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan, baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit seringkali digunakan teknik ini .. Perputaran badan selalu diaplikasikan dalam tekniknya Serangannya sulit dilihat lawan dan biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan.


Janji Perisai Diri

janji perisai diri


Kami Keluarga Silat Nasional Indonesia perisai diri berjanji

  1. Bartaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Setia dan Taat Kepada Negara Kesatuian Republik Indonesia.
  3. Mendahulukan Kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
  4. Patuh Kepada Perguruan dan melaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab asas dan tujuannya.
  5. Memupuk Rasa Kasih Sayang dan Kekeluargaan diantara sesame anggota.


RM SOEBANDIMAN DIRDJOATMOJO
Pendiri Pencak Silat Perisai Diri Indonesia, lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Pakualam


Salam Bunga Sepasang Dari Padepokan Sidakarya Denpasar


Teknik Latihan dalam Perisai Diri

Menjadi Anggota Keluarga Silat Nasional Perisai Diri Indonesia pada umumnya harus terlebih dahulu menjalani pendidikan dasar selama minimal satu setengah tahun yang dimulai dari Dasar I (sabuk putih), Dasar II (sabuk hitam) dan Calon Keluarga (sabuk merah). Setelah menjalani pendidikan dasar tersebut dan lulus ujian kenaikan tingkat, anggota baru masuk ke tingkat Keluarga.


1. Senam Teknik Kombinasi.

Senam Teknik Kombinasi merupakan susunan gerak silat Perisai Diri yang dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi pelatihan. Sekilas seperti rangkaian jurus di silat pada umumnya, namun Senam Teknik Kombinasi bukanlah rangkaian yang perlu dihafalkan seperti jurus di perguruan silat lain.

Rangkaian gerak Senam Teknik Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian yang berjumlah antara 5 sampai 10 gerak ini dibuat berdasarkan imajinasi pada saat pesilat melakukan Serang Hindar dengan seorang lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali. .

Tujuan dari latihan Senam Teknik Kombinasi ini adalah untuk menciptakan kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata.

2. Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri.

Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri diajarkan kepada pesilat Perisai Diri dari tingkat Dasar sampai tingkat yang tinggi dengan pengaplikasian menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan toya. Pada latihan serang hindar, akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Kemungkinan cidera amat kecil sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, karena setiap pesilat dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan Hindaran. Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera" .

Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu sama lain yang disebut pesilat A dan pesilat B dengan diperhatikan seorang pelatih yang ada di dekat mereka . Dalam metode Serang Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan serangan terhadap B dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang A dan A menghindar. Implementasi dari metode serang balas adalah satu set A serang B hindar dan B balas A hindar . Tujuan dari Serang Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, namun akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan yang disebut Hindaran yang mengunci posisi lawan. Untuk mempercepat serangan balasan berikutnya, si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia harus meletakkan langkah.Beladiri adalah dimana saat A menyerang dan B menghindar sambil melepaskan serangan ke A. Jadi, dalam hal ini B tidak melakukan Hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan Hindaran dan serangan dalam satu gerakan.

3. Teknik Senjata.

Mulai tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet, dsb.

Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau bahkan pulpen dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang keadaan sudah mendesak. .

4. Teknik Olah Pernapasan .

Teknik pernapasan Perisai Diri dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga dengan tujuan menambah tenaga dan membuat otot-otot menjadi keras. Tahap dua akan di fokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk di lepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan bahkan hindaran. Tahap tiga ditekankan pada implementasi napas ke dalam seluruh gerakan silat sehingga nantinya pesilat akan mampu bernapas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan tenaga saat diperlukan.

5. Kerohanian.

Untuk menyeimbangkan gemblengan fisik sangat perlu diberikan gemblengan mental spiritual untuk menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam Perisai Diri dikenal dengan istilah kerokhanian. Kerokhanian ini dimaksudkan agar tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak serta untuk menyeimbangkan gemblengan fisik sangat perlu diberikan gemblengan mental spiritual untuk menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam Perisai Diri dikenal dengan istilah kerohanian.Kerohanian ini dimaksudkan agar tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, memiliki kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak serta akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas semuanya ada Sang Pencipta.


Sumber : Buku Perisai Diri Indonesia

Tingkatan Dalam Perisai diri


Tingkatan di Perisai Diri berjumlah 13 tingkatan mulai dari dasar sampai tingkat pendekar. Setiap tingkatan ditandai oleh warna sabuk, strip dan badge yang ada pada seragam Perisai Diri.

Setiap tingkat di Perisai Diri memiliki target latihan yg berbeda, oleh karena itu materi latihan yg diberikan pun berbeda setiap tingkatnya. Aspek yg membedakan antara tingkat yg satu dan yg lainnya antara lain adalah: keluwesan, ketegasan, tenaga, kecepatan, pernafasan, pendalaman tehnik dan pelaksanaan tehnik.

I. Tingkat Dasar
  1. Tingkat Dasar I Warna Sabuk : Putih tanpa Badge
  2. Tingkat Dasar II Warna Sabuk : Hitam tanpa Badge
  3. Pada Tingkat Dasar I dan Dasar II hal yang diPerkenalkan dan dipelajari :
    1. Langkah dasar Perisai Diri
    2. Dasar dari sistem pertarungan Perisai Diri (Serang Hindar).
    3. Perkenalan tehnik Serangan (Tangan, kaki dan badan).
    4. Melatih arah terbaik dalam menghindari serangan lawan.

II. Tingkat Calon Keluarga
  1. Tingkat Calon Keluarga Warna Sabuk : Merah, Badge Bunga Sepasang tanpa Strip.
  2. Tingkat Calon Keluarga adalah masa transisi dimana siswa akan mulai dilatih untuk melaksanakan tehnik dengan benar, tegas, bertenaga dan serius. Pada Tingkat Calon Keluarga dipelajari pada tingkat ini adalah
    1. Melaksanakan Serang Hindar dengan pedoman yang benar.
    2. Memperkenalkan tehnik Serang Balas sebagai lanjutan pelajaran Serang Hindar.
    3. Secara khusus melatih kuda-kuda siswa melalui tehnik asli Minangkabau.
    4. Mempelajari senjata wajib Pisau.
    5. Mempelajari cara Pembelaan Diri.
III. Tingkat Keluarga
  1. Tingkat Keluarga dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu tingkat Putih, Putih Hijau, Hijau dan Hijau Biru. Lambang tingkatan berupa warna yang diletakkan di badge pada seragam Perisai Diri.
  2. Pada tingkat inilah siswa akan mempelajari tehnik Perisai Diri lebih dalam.
  3. Pada Tingkat ini yang dipelajari :
    1. Melatih kelincahan dan fleksibilitas gerak tubuh melalui tehnik asli Burung Mliwis.
    2. Melatih kecepatan dan kelincahan melalui tehnik asli Burung Kuntul.
    3. Melatih penggunaan tenaga badan melalui tehnik asli Burung Garuda dan Harimau.
    4. Mengaplikasikan penggunaan tehnik Serang Hindar, Serang Balas dgn pedoman yg benar.
    5. Aplikasi pembelaan diri.
    6. Mempelajari senjata wajib: pedang dan thoya.
    7. Mempelajari senjata tambahan spt: kipas, clurit, samurai, dsb.
    8. Melatih kecepatan dengan target minimal 1 detik 2 gerak.

IV. Tingkat Pelatih
  1. Tingkat Pelatih dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu : Biru, Biru Merah, Merah dan Merah Kuning.
  2. Tingkat Biru dan Biru Merah disebut juga asisten pelatih internasional, sedangkan tingkat Merah dan Merah Kuning adalah pelatih internasional, yg berarti dimanapun ia berada, harus siap melatih silat Perisai Diri, baik di dalam ataupun di luar negeri.
  3. Pada Tingkat ini yang dipelajari :
    1. Melatih pernafasan untuk meningkatkan tenaga (power expansion), penyaluran tenaga (power distrbution) dan pelepasan tenaga (power explotion).
    2. Melatih pernafasan untuk meringankan tubuh.
    3. Melatih tehnik yg telah dipelajari, namun dalam tahap mendalami dan menghayati ( 3 tingkatan dlm mempelajari tehnik : mempelajari, mendalami dan menghayati).
    4. Mendalami dan menghayati pelajaran senjata.
    5. Mendalami pedoman tehnik tingkat lanjut (papasan) dan penerapannya.

V. Tingkat Pendekar
  1. Tingkat ini dibagi menjadi 2 tingkatan: Pendekar Muda dan Pendekar.
  2. Pada tingkat ini, akan dipelajari penghayatan tehnik dan penggunaan tehnik yang halus/lembut namun berakibat fatal bagi lawan. Hal ini dipelajari melalui tehnik asli Putri

Sejarah Perisai Diri

Sumber : Buku Perisai Diri Indonesia
Perisai Diri didirikan oleh Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Kraton Pakoe Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoesoedirdjo, buyut dari Pakoe Alam II. Beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sejak berumur 9 tahun sehingga beliau mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Pakoe Alaman. Pak Dirdjo merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Pakoe Alaman dan ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya.

Sehingga, pada tahun 1930 setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah menengah pendidikan guru setingkat SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dan berjalan kaki. Jombang, Jawa Timur adalah tempat yang dikunjungi pertama kali. Di sana beliau belajar silat pada Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebu Ireng.

Setelah merasa cukup. Beliau kembali ke Barat. Sampai di Solo, beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo. Kemudian, Beliau merantau ke Semarang dan belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Kemudian, dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Belum puas dengan ilmu silat yang dimilikinya, beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dari berbagai guru. Selain itu, beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri dan menetap di Parakan, Banyumas. Pada tahun 1936, Beliau membuka perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu, yang berarti satu hati. Di tengah kesibukan melatih, Beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi) yang bernama Yap Kie San, seorang cucu murid Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay, seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di Indonesia. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerima Pak Dirdjo sebagai murid. Pak Dirdjo pun mempelajari ilmu beladiri dari Yap Kie San selama 14 tahun.

Setelah berhasil mencapai puncak ilmu silat dari Yap Kie San, Beliau mulai merumuskan ilmu yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San. Kemudian, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta dan diminta Pakde-nya, Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan), untuk melatih di lingkungan Perguruan Taman Siswa di .

Wirogunan, Yogyakarta. Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazie Master di Pabrik Gula Plered di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa. Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Seksi Pencak Silat yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali pada tahun 1947. Beliau pun mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada) dengan tekad mengembangkan silat yang murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Selain itu, Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu diantaranya adalah Ir. Dalmono yang saat ini berada di Rusia, Prof. Dr. Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran Bandung), dan Bambang Mujiono Probokusumo yang di kalangan pencak silat dikenal dengan nama panggilan Mas Wuk. Kemudian, Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Propinsi Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1954.

Murid-murid beliau di Yogyakarta bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia), baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, yang diketuai oleh Ir Dalmono. Pak Dirdjo resmi pindah dinas ke Kota Surabaya pada tahun 1955. Di Surabaya inilah, beliau mendirikan Kursus Silat PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955 dengan dibantu oleh Imam Ramelan. Sehingga, untuk menyeuaikan diri, para muridnya di Yogyakarta pun menamakan himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Murid-murid perguruan silat Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo pun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah. Pak Dirdjo mencurahkan ilmu yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie ke dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia. Perisai Diri pun diterima oleh berbagai lapisan masyarakat sebagai ilmu beladiri dengan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”.

Suparjono bersama Bambang Mujiono Probokusumo, Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI dengan inspirasi dari AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada. Selain itu, juga dimusyawarahkan mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian disempurnakan dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.

RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta pada tanggal 09 Mei 1983. Beliau pun dianugerahkan gelar Pendekar Purna Utama untuk menghargai jasanya oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1986. Murid-muridnya yang telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri. Saat ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat di 10 negara lain dengan di bawah koordinasi Ir. Nanang Soemindarto sebagai Ketua Umum Perisai Diri Pusat.

Upaya Pak Dirdjo dalam mengembangkan warisan Budaya Indonesia membuahkan hasil. Beliau membuktikan bahwa ilmu silat adalah warisan budaya Bangsa Indonesia yang mampu bersaing dengan ilmu beladiri asing lainnya yang berasal dari Jepang, Korea, maupun Cina yang kala itu berkembang pesat di Indonesia. Silat Perisai Diri akhirnya telah merambah ke kampus-kampus perguruan tinggi, dan sekolah-sekolah, bukan hanya berkembang di kampung-kampung. Perisai Diri pun tercatat sebagai perguruan silat yang menggelar kejuaraan antar perguruan tinggi di Indonesia sejak tahun 1975 dan secara rutin menggelar kejuaraan nasional antar-perguruan tinggi. Unsur kecepatan menjadi pegangan. Pak Dirdjo mewajibkan para muridnya mampu melakukan gerakan silat minimal dua gerak dalam satu detik, yang bisa berupa serangan, hindaran, tolakan, tebangan, ataupun paduan unsur-unsur itu. Jadilah Perisai Diri menciptakan gaya silat SATU DETIK DUA GERAK.

Sumber : Buku Perisai Diri Indonesia

Makna dan Arti Lambang Perisai Diri

Sumber : Perisai Diri Indonesia

Manusia menunduk dengan tangan menyusun bersikap bunga sepasang, di atas bunga teratai yang berdaun lima berwarna kuning, di bawahnya didasari dengan sayap putih bertuliskan perisai diri, di dalam suatu bangun segitiga berwarna merah bertepikan warna kuning

Makna lambang perisai diri
  1. Manusia Menunduk Bersikap Bunga Sepasang bermakna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan azas dan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri.

  2. Bunga Teratai Berdaun Lima Berwarna Kuning bermakna bahwa dalam melaksanakan tujuan, Kelatnas Indonesia Perisai Diri berazaskan Pancasila.

  3. Sayap Warna Putih bertuliskan Perisai Diri bermakna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri memiliki sikap hidup yang dinamis, selalu mempunyai tekad dan semangat untuk mengembangkan bela diri Indonesia pada umumnya dan Silat Perisai Diri khususnya, serta memelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa.

  4. Bangun Segitiga Berwarna Merah Bertepikan Warna Kuning bermakna:
    1. tujuan luhur/ roh suci
    2. hidup/ sukma
    3. kekuatan/ bayu

  5. Warna Merah Putih bermakna asal dan perantaraan ayah dan ibu

Arti Warna dan Lambang Pada Bendera Perisai Diri
  1. Warna Kuning Emas : Luhur
  2. Warna Hijau : Keyakinan
  3. Lingkaran Rantai : Kesatupaduan
  4. Warna Hitam : Sentosa
  5. Bintang Lima : Hidup, Kesenian, Keteguhan, Keikhlasan, dan Kesucian
  6. Warna Merah : Pantang Mundur, Bersemangat, dan Militan

Sumber : Buku Perisai Diri Indonesia

Tentang Perisai Diri di Sidakarya

"Salam Bunga Sepasang"

Sejarah Perjalan dan Perkembangan Pencak Silat Perisai Diri Indonesia di Sidakarya pertama kali di perkenalkan oleh Seorang Pendekar Silat Perisai Diri Bali dari Sesetan yang bernama Bapak Arya Penida pada tahun 1973, Beliau dibantu juga oleh Seorang Pendekar Silat Perisai Diri Bali dari Sesetan yang satu angkatan waktu menimba ilmu silat Perisai Diri dengan Pak Dirjo (pendiri Perisai diri) di Surabaya yan bernama I Nyoman latra, dalam perkembangannya pada waktu itu beliau-beliau ini melahirkan Pesilat Perisai Diri Angkatan I diantaranya : I ketut Robun, I Ketut Sarda (alm), I Wayan Recu (alm), I Wayan Reca, I Wayan Arta, I Made Suda, I Made Runtun, I ketut Setir, I Wayan Setha, I Ketut Mintra serta yang lainnya dengan tempat latihan di sebuah lahan kosong sebelah utara Br Tengah Desa Sidakarya yang dulu terkenal bernama "Beten Sukun".

Selanjutnya dengan eksistensi, semangat dan kerja keras pesilat Angkatan I di bantu Bapak Arya Pedida kurang lebih pada tahun 1978 lahirlah Pesilat Perisai Diri Angkatan II yang masih aktif saat ini diantaranya : I Nyoman Sulendra, I Ketut Sumadra, I Wayan Narta dan I Wayan Wija, dimana tempat latihannya yang berpindah-pindah seperti di rumah ketut Setir lalu ke Sesetan, selanjutnya beberapa tahun kemudian lahir Angkatan III diantaranya : Balon, Wayan Kocik, Wayan Kari dan yang lainnya, begitu memasuki era tahun 1987 kembali dilahirkan Pesilat Perisai Diri Angkatan IV dan tahun 1990 Angkatan V yang menggunakan Areal Br Dukuh Mertajati Sidakarya sebagai tempat latihan.

Sempat berhenti lama karena suatu hal, akhirnya berkat rapat  koordinasi dan komunikasi serta untuk melanjutkan tradisi agar pencak silat Perisai Diri agar tetap eksis di Desa Sidakarya mulailah dibangkitkan kembali Pencak Silat Perisai Diri dengan bernaung di bawah panji Padepokan Sidakarya yang diresmikan Pada Tanggal 23 Desember 2012, dengan alamat Jalan Sidakarya 46 D (areal belakang rumah I Nyoman Putrawan). Adapun Susunan Pengurus Keluarga Pencak Silat Nasional Perisai Diri Indonesia di Padepokan Sidakarya dengan masa bakti 2012 - 2017 sebagai berikut :

Pembina : Nyoman Putrawan, ST dan Nyoman Sujana
Ketua : Wayan Narta S.sos
Wakil Ketua : Made Sukerta, SE
Sekretaris : Nyoman Agus Tiana, SE
Bendahara : Made Adit Arjaya, SE, MM
Pelatih : Ny Sulendra, Kt Sumadra, Lasia
Prasarana : Md Sutha, Ariawan, Wendra, Subagia

Sebagai program dari Padepokan Sidakarya saat ini sudah dibina pesilat pemula sebagai Angkatan VI dengan jumlah anggota 90 orang, yang sangat membanggakan adalah walaupun kondisi kesehatan yang menurun, Bapak Arya Penida dan Bapak Nyoman Latra selalu bisa menemani dan memantau latihan silat di Padepokan Sidakarya

Demikian sejarah singkat perjalanan dan perkembangan Pencak Silat Perisai Diri di Desa Sidakarya, mohon maaf apabila ada kekurangan isi cerita yang kami sampaikan, kami juga ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu memberikan bantuan, semangat, ide dan saran sehingga Pencak Silat Perisai Diri tetap eksis di Desa Sidakarya.